JAKARTA — Estimasi dan peramalan produksi padi yang sangat luas menjadi lebih efisien dan lebih akurat dengan pemanfaatan teknologi remote sensing dan sistem informasi geografis (Geography Information System /GIS).
”Remote sensing bisa berkontribusi dalam produktivitas pertanian dengan mengestimasi produktivitas maupun estimasi luas panen,” kata Ir Mubekti MSc, peneliti bidang aplikasi teknologi remote sensing dan GIS untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Kepala Bidang Teknologi Karakterisasi Sumberdaya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Rabu (24/9).
Remote sensing adalah penginderaan jarak jauh. Pengambilan data di udara dan ada juga yang di angkasa yang sensornya dibawa satelit atau dengan pesawat terbang. Sedangkan GIS adalah suatu teknologi pengolahan data parsial yang berbasis geografis.
Kedua teknologi ini jamak dipakai untuk memperoleh data dari permukaan bumi tanpa secara langsung kontak terhadap obyek yang diobservasi. Sensor di dalam remote sensing itu terdiri dari gelombang elektromagnetik, mulai dari gelombang biru, merah, hijau, sampai infrared. Gelombang-gelombang ini mempunyai sensitiftas terhadap obyek yang diobservasi.
Mubekti mencontohkannya pada tanaman padi. Padi yang terkena penyakit mempunyai pantulan yang berbeda dengan padi yang bagus. Perbedaan itu, lanjut dia, dimanfaatkan untuk mengolah data atau mengambil data remote sensing atau guna mengetahui produktifitas atau mengestimasi atau meramalkan produktifitas satu ton per hektarnya dari obyek yang diobservasi.
Di dalam estimasi produksi, kata Mubekti, tiap tahun produksi padi ada fluktuasi, kadang tinggi kadang rendah. Ini sebagai akibat dari produktivitas yang kadang naik kadang turun. Selain itu juga luas panen berubah. ”Itu kenapa saya tertarik dengan penelitian ini karena beras atau padi sangat penting data statistiknya untuk pengembangan teknologi kebutuhan pangan,” jelasnya.
Mubekti menambahkan, jika bicara soal statistik pertanian, terdapat dua unsur yang harus diperhatikan. Pertama adalah luas panen yang berbeda sekali dengan luas lahan sawah karena dalam satu luasan tertentu itu bisa dipanen dua sampai tiga kali padi. ”Jadi harus dibedakan antara luas sawah dengan luas panen. Di dalam statistik pertanian itu yang dipentingkan adalah luas panen,” tegasnya.
Sedangkan satu variable lainnya, kata Mubekti, adalah produktivitas ton per hektar. ”Jadi produksi itu diperoleh dari perkalian antara luas panen dengan produktivitas atau ton per hektarnya,” tambah Mubekti. eye
Source by : http://www.republika.co.id/berita/no-channel/08/09/26/5102–i-remote-sensing-i-dan-gis-untuk-pertanian